Pages

1

2

3

4

5

Sabtu, 19 Desember 2015

Mendidik anak cinta Al Quran

📆 Ahad, 9 Rabiul Awwal 1437H / 20 Desember 2015

📝 Pemateri: Ustzh. DR. Hj. Aan Rohanah, Lc , M.Ag

📋 Mendidik Anak Cinta Al-Qur'an

🌿🌺🍂🍀🌼🍄🌷🍁

Anak sebagai karunia dari Allah, merupakan rahmat dan rizki yang dinanti para orang tua. Karena anak adalah permata hati yang dengan keshalehannya bisa membahagiakan kedua orang tua di dunia dan di akhirat .  

Allah berfirman: رحمة الله وبركاته عليكم Artinya : " itu adalah rahmat dan berkah Allah curahkan kepadamu" ( QS. 11:73 )

Amal shaleh anak bisa menjadi sedekah jariyah yang pahalanya tidak akan terputus hingga hari kiamat tiba. Sebab keberadaan anak shaleh dikarenakan adanya pengorbanan dan perjuangan yang besar dari para orang tua dalam mendidiknya tanpa kenal waktu.
Rasulullah bersabda: اذا مات ابن ادم انقطع عمله الا من ثلاث صدقة جارية او علم ينتفع به او ولد صالح يدعو له Artinya: " Apabila anak Adam meninggal maka terputuslah amalnya kecuali 3 perkara , yaitu: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak shaleh yang mendoakannya" ( HR. Muslim ).
Pantaslah jika anak adalah milik yang paling berharga , menjadi aset yang paling bernilai bagi para orang tua di dunia dan akhirat. Karena itu wahai para orang tua berilah anak nikmat Allah yang teragung yaitu pendidikan mencintai Alquran.
Allah berfirman: الرحمن. علم القران. Artinya: " Allah Yang Maha Penyayang . Telah mengajarkan Alquran"( QS. 55 : 1-2 ).
Pentingnya pendidikan anak mencintai Al-Quran telah diwasiatkan Rasulullah SAW. kepada para orang tua dengan sabdanya: ادبوا اولادكم على ثلاث خصال : حب نبيكم وحب ال بيته وتلاوة القران فان حملة القران في ظل عرش الله يوم لا ظل الا ظله. Artinya : " Didiklah anakmu kepada 3 perkara yitu mencintai nabimu, mencintai keluarganya, dan ( mencintai) membaca Al-Qur'an, karena sesungguhnya pelaku Al-Qur'an akan berada di bawah naungan Arsy Allah saat tidak ada naungan kecuali naungan-Nya" ( HR. Thabrani ).

Mengapa anak harus dididik mencintai Rasulullah, keluarganya dan mencintai Al-Quran ? Karena dalam konsep Islam, anak harus disiapkan menjadi pemimpin yang beriman kokoh, beribadah benar, berakhlak mulia, berwawasan pengetahuan yang luas dan bermanfaat , sehat, mandiri, dan menjadi pejuang dalam melaksanakan dan menegakkan nilai2 Islam hingga kejayaaannya. Merekalah yang akan menjadi pemimpin bagi orang2 yang bertakwa.

Mendidik anak cinta alquran itu dimulai dengan cinta membacanya, cinta menghafal dan mengulangnya, cinta memahami ayat2-Nya, hingga cinta untuk mengamalkan dan berdakwah kepadanya. Urgensi mendidik anak cinta Al-Qur'an :
1⃣ Mendidik anak selalu dekat dengan Allah dan dekat dengan wahyu-Nya.

2⃣ Melatih kecerdasan dan kekuatan hafalannya.

3⃣ Mendidik anak berjiwa kuat agar mampu mengendalikan nafsunya. اذا تليت علي هم اياته زادتهم ايمانا Artinya: "Apabila dibacakan alquran kepada mereka maka bertambahlah imannya" ( QS. 8 : 2 )

4⃣ Mendidik anak berakhlak mulia.

5⃣ Menjaga anak dari penyakit hati dan penyimpangan moral.

6⃣ Mempersiapkan anak lebih dini untuk memiliki potensi menjadi tokoh besar.

7⃣ Menyibukkan anak pada kegiatan yang bermanfaat.

8⃣ Menyiapkan anak bahagia di dunia dan di akhirat.

9⃣ Bernilai sedekah jariah bagi orang tua.

1⃣0⃣ Menjadi syafaat bagi anak dan orang tuanya.

Kiat mendidik anak cinta Al-Qur'an:
📌1. Keteladanan dari kedua orang tua.
📌2. Banyak berdoa kepada Allah.
📌3. Memberikan motivasi kepada anak.
📌4. Disiplin dalam mengajarkan alquran ; membaca, menghafal dan mengamalkan.
📌5. Banyak memperdengarkan tilawah quran dari qari terbaik.
📌6. Melekatkan anak kepada guru alquran ( ahli alquran yang fashih, hafidz dan berakhlak alquran ).
📌7. Menciptakan lingkungan yang kondusif.
📌8. Memberikan apresiasi dan tidak memberikan sangsi.
📌9. Bertahap sesuai kemampuan anak.
📌10. Menyediakan fasilitas yang dibutuhkan.

Semoga Allah memberikan kemudahan dan keberkahan dalam upaya kita mewujudkan anak cinta alquran, amin

🌿🌺🍂🍀🌼🍄🌷🍁🌹

Dipersembahkan:
www.iman-islam.com

Jumat, 18 Desember 2015

Shalawat atas Nabi Muhammad SAW

📆 Sabtu, 8 Rabiul Awwal 1437H / 19 Desember 2015

📚 TSAQAFAH ISLAMIYAH

📝 Pemateri: Ust. DR. Wido Supraha

📝 SHALAWAT ATAS NABI MUHAMMAD SAW
(Bagian-1)

🌿🌺🍂🍀🌼🍄🌷🍁🌹

📌 Ketika Allah Jalla wa ‘Ala dan para Malaikat saja bershalawat kepada Nabi Muhammad Saw, maka jelaslah bagaimana posisi hamba yang mulia itu di langit, dan seharusnya jelas pula posisi manusia kepada hamba yang telah memberikan berkah risalah dan usahanya kepada seisi alam ini.

📌 Bershalawatnya Allah akan mengalirkan pujian kepada manusia yang bershalawat di sisi malaikat-malaikat yang dekat, dan salamnya manusia akan menyempurnakan hidupnya ketika terangkai dengan shalawat, karena tercapailah apa yang diinginkan manusia, dan terhapuslah apa yang ditakutkan manusia.

📌 Sungguh tergesa-gesa adalah kondisi bagi mereka yang berdo’a tanpa diawali dengan shalawat. Tidak sekedar hilangnya kesempurnaan, rukun, sayap dan sebab, namun do’anya pun akan terhalangi (mahjub).

🔑💡Sebab yang tidak dihadirkan, menyulitkan terbentuknya perasaan tunduk, ketenangan, kekhusyu’an, dan ketergantungan hati hanya kepada Allah.

🔑💡Sungguh, celaka adalah kondisi bagi mereka yang tidak bershalawat di saat menyebut, mendengar dan menulis nama Nabi Saw.

📌 Shalawat menjadi agenda keseharian manusia, terlebih lagi di hari Jum’at, setiap kali hendak memasuki Masjid, setiap kali selesai mengulangi seluruh redaksi muadzin ketika adzan, dan setiap kali manusia berkumpul dalam sebuah majelis. Sekali lagi, rangkaian shalawat bersanding dengan salam, menjadi ikhtiar dan sebab terkabulkannya do’a manusia. Nabi Saw. mengajarkan cara bershalawat kepadanya.


📌 Demikian pula dalam kesempatan lain, Nabi Saw. mengajarkan kelengkapan redaksi shalawat kepadanya,

🔹Bersambung🔹

والله تعالى أعلى وأعلم بالصواب
والحمد لله رب العالمين

🌿🌺🍂🍀🌼🍄🌷🍁🌹

Dipersembahkan:
www.iman-islam.com

💼 Sebarkan! Raih pahala...

Jumat, 11 Desember 2015

Banyak jalan menuju kebaikan


Pemateri: Ust. DR. Wido Supraha M.Si


Pepatah “Banyak Jalan Menuju Roma” mengandung persoalan filosofis. Mungkin yang paling tepat adalah “Banyak Jalan Menuju Penaklukan Roma”, dikarenakan Rasul Saw. telah memberitakan akan penaklukan kota tersebut di kemudian hari, setelah Konstantinopel ditaklukan 800 tahun kemudian oleh Sultan ke-7 Turki ‘Utsmani, Sultan Muhammad al-Fatih.

Adapun Banyak Jalan Menuju Kebaikan menjadi sebuah keniscayaan di tengah keberagaman jalan yang ternyata telah disiapkan untuk kelanggengan aktivitas umat manusia dalam mencari kemuliaan yang hakiki.

🌴 Sungguh, Allah Swt. ternyata begitu memudahkan kita mencapai kemuliaan daripada kehinaan, keagungan daripada kerasukan, keberuntungan daripada kerugian, dan kebaikan daripada keburukan. Tentunya kebaikan yang sesuai dengan kehendak Rabbnya, bukan sesuai dengan kehendak pribadi manusia belaka.

Maka menjadi terang setelah Allah Swt. memastikan bahwa kebaikan apa pun yang dikerjakan, maka sesungguhnya Allah pasti mengetahuinya (Q.S. 2:197, 215). Sekecil apapun kadar kebaikan di mata manusia, Allah tetap akan memberikan balasannya (Q.S. 99:7). Dalam hal ini, setiap manusia perlu berlomba-lomba mencari kebaikan dari Allah untuk dirinya sendiri, karena kemudian ketaqwaannya sajalah yang akan menyampaikan kebaikan (shalihan) yang diperbuatnya kepada Rabb-nya (Q.S. 45:15).

🌴 Berbicara tentang semangat mencari kebaikan, alangkah luar biasanya kalau kita berkaca kepada para sahabat Nabi Saw., radhiyallaahu ‘anhum ajma’in, bagaimana setiap waktunya digunakan untuk mencari – melaksanakan segala bentuk kebaikan, seakan-akan mereka tidak pernah merasa cukup dengan kebaikan yang telah mereka lakukan dan dawam­kan, seakan-akan energi mereka tak pernah habis untuk mengejar kebaikan.

Pada saat itu, apakah mungkin mereka masih sempat untuk sekedar berfikir untuk berbuat keburukan? Bahkan apakah mungkin mereka masih sempat untuk beraktivitas yang boleh jadi hukumnya mubah-mubah saja?

Sepertinya, mereka terus menerus hidup untuk menghidupkan sunnah agar terus hidup di kehidupan.

🌴 Jangan pernah malu untuk berbuat kebaikan, atau bahkan menganggap kecil sebuah kebaikan.

Satu bentuk hadian kepada manusia mungkin karena dibatasi kemampuan menjadi kecil secara nilai dan upaya, tapi yakinlah, sangat besar di sisi Allah Swt.

Senantiasa menunjukkan wajah terbaik penuh kesejukan dan keramahan kepada manusia (Lihat Shahih Muslim No. 2626), menghadiahkan sekedar kikil kambing, (Lihat Fathul Bari V/197), atau sup sayur yang lebih banyak air daripada isinya, apabila dilakukan dengan mengharap ridha Allah Swt. akan meninggalkan bekas mendalam yang mengeratkan persaudaraan, atau meluaskan syi’ar Islam.

🌴 Setiap mukmin selalu ada saja yang ingin ia perbuat untuk saudaranya, ia ingin selalu bermanfaat untuk saudaranya, karena ia yakin itu adalah kebaikan.

Nabi Saw. menyaksikan bagaimana seseorang bisa berpindah-pindah tempat menikmati Surga karena ia berupaya memotong pohon yang menghalangi jalanan saudaranya (Lihat Shahih Muslim No. 1914), sehingga membuat Allah memujinya dan memberikan ampunan kepadanya.

Bahkan tidak hanya kepada manusia, kasih sayang mukmin kepada segala makhluk yang memiliki limpa, seperti seekor anjing yang kehausan, sehingga rela bersusah payah untuk menghilangkan penderitaan anjing tersebut pun mendapatkan balasan yang sama dari Allah Swt. (Lihat Fathul Bari V/40-41).

Luar biasa, bentuk kebaikan yang menunjukkan keluasan rahmat Allah Swt, sekaligus menunjukkan dimanapun mukmin berada, niscaya melahirkan peradaban yang mulia di sekitarnya.

🌴 Sesungguhnya setiap kebaikan yang kita perbuat akan menjadi sedekah yang luar biasa di sisi Allah Swt (Lihat Shahih Muslim No. 1005).

Sebagai misal, seorang manusia yang senang menanam tanaman, karena ia yakin Islam adalah agama yang ramah lingkungan, dan mencintai lingkungan hidup, hutan di rumahnya sendiri, maka jika ada burung yang memakan tanamannya, manusia yang mencuri buahnya, itu semua tidak akan mengurangi apa yang ia miliki selain menjadi sedekah yang begitu besar di sisi Allah Swt. (Lihat Shahih Muslim No. 1552).

Dalam bentuk lain, seandainya seorang mukmin tidak diberikan kemampuan untuk membantu kesulitan saudaranya, atau sekedar berbuat sesuatu untuk meringankannya, maka akan menjadi sedekah baginya manakala ia mampu mencegah dirinya dari berbuat keburukan kepada orang lain (Lihat Shahih Muslim No. 84).

Dalam bahasa sederhana, kalau tidak mampu menjadi bagian dari solusi masyarakat, maka tidak menjadi bagian dari problematika masyarakat adalah solusi terbaik.

🌴Begitupun jangan lupakan kekuatan dzikir sebagai bagian dari sedekah, Subhanallah, Alhamdulillah, Allaahu Akbar, Laa Ilaaha illallaah, kekuatan amar ma’ruf dan nahi munkar sebagai sedekah, Shalat Sunnah Dhuha dua rakaat pun sedekah. (Lihat Shahih Muslim No. 720).

Sekalangan sahabat Rasulullah Saw. yang miskin pernah mengeluhkan karena kemampuan orang-orang kaya yang dapat dengan mudah bersedekah dengan harta mereka untuk mendapatkan pahala yang besar. Kemudian Rasul Saw. mengingatkan akan kemudahan sedekah yang dapat dilakukan oleh siapapun, termasuk tidak melupakan kekuatan dzikir dan do’a sebagai bagian dari sedekah, tasbih, takbir, tahmid, dan tahlil, amar makruf dan nahi mungkar, bahkan berhubungan suami istri (jima’) adalah sedekah yang sangat mulia (Lihat Shahih Muslim No. 1006).

Bukankah ternyata sedekah itu mudah sekali bagi mukmin, lantas apa yang kemudian membuat kita sulit untuk bersedekah?

Bersedekah adalah wujud syukur kepada Allah Swt. atas beragam nikmat dan perlindungan-Nya dari malapetaka.

Tiga ratus enam puluh persendian manusia harus dikeluarkan shadaqahnya setiap hari tatkala terbit matahari. Ini menunjukkan bahwa manusia harus terus bergerak untuk melahirkan kebaikan-kebaikan yang akan menjadi sedekah baginya.

Mendamaikan dua orang yang bersengketa, membantu menaikkan atau mengangkat barang saudaranya ke atas kendaraannya, senantiasa memilih kata-kata yang baik dalam bertutur kata, menyingkirkan berbagai potensi gangguan di jalanan, bahkan langkah kaki menuju masjid adalah bagian dari bentuk-bentuk sedekah lainnya yang dapat kita lakukan sebagai penyempurna sedekah kita (Lihat Fathul Bari V/309).

Bersedakahlah sesuai kadar kemampuan, jangan pernah merendahkan keutamannya, meskipun hanya dengan separuh biji kurma saja (Lihat Shahih Muslim No. 2734).

Seandainya ia tidak memiliki apapun untuk disedekahkan secara materi, maka bekerja dengan kedua tangannya sehingga hasilnya dapat dimanfaatkan untuk dirinya dan bahkan kemudian bersedekah, adalah kebaikan yang sempurna (Lihat Shahih Muslim No. 1008).

🌴Shalat sebagai amal utama dan penentu baiknya semua kebaikan yang dilahirkan menjadi aktivitas rutin dan kunci.

Keseriusan di dalam menjaganya akan melahirkan kebersihan kebaikan dari hal-hal yang dapat merusaknya. Lima kali sehari memotivasi kita untuk terus berkreasi dalam kebaikan.

Kebiasaan kita memelihara shalat berjama’ah di Masjid, seperti Subuh, Ashar dan Isya’, tidak hanya mendapatkan balasan Surga, akan tetapi menjadi terapi yang baik bagi penyakit kemunafikan dalam jiwa manusia (Lihat Fathul Bari II/52).

Manakala sifatnifaq hilang dari jiwa kita, maka tidak akan lahir kecuali kebaikan yang sempurna di atas cahaya tauhid.

Shalat lima waktu berjama’ah di masjid yang terus menerus kita lakukan, Shalat Jum’at yang terus menerus tidak pernah kita tinggalkan, Ibadah Suci Ramadhan yang terus menerus kita giatkan, akan menjadi penghapus dosa-dosa yang terjadi di antara waktu-waktu pelaksanaan nya, dimana kita terus menerus mencintai dan mengembangkan kebaikan dengan tetap menjauhi dosa-dosa besar (Lihat Shahih Muslim No. 233).

Oleh karenanya, khusus berbicara tentang shalat Jum’at, mengawali dengan wudhu yang sempurna, dan kemudian mendatangi masjid, mendengarkan khutbahnya, tidak berbicara sepatah kata pun, tidak memain-mainkan sesuatu di tangannya, maka Allah akan mengampuni dosa-dosanya antara Jum’at ditambah tiga hari lagi (sepuluh hari), subhanallah(Lihat Shahih Muslim No. 857).

🌴Begitupun wudhu yang sempurna yang dilakukannya dengan menghemat air wudhu’, tidak boros dalam penggunaan nya, penuh niat yang bersih mengharapkan terhapusnya dosa, melahirkan kebaikan yang sempurna.

Saat ia membasuh wajahnya, keluar dari wajahnya setiap dosa yang dilakukan oleh kedua matanya karena melihat sesuatu yang diharamkan bersama-sama dengan air itu atau bersama-sama dengan tetesan air yang terakhir.

Tatkala ia membasuh kedua tangannya, maka akan keluar setiap dosa yang diperbuat oleh kedua tangannya itu bersama air atau bersama-sama tetesan air yang terakhir sehingga dia akan keluar dalam keadaan bersih dari dosa.

Kemudian ketika ia membasuh kedua kakinya, maka akan keluar dosa yang diperbuat oleh kedua kakinya, bersama-sama dengan air atau bersama-sama dengan tetesan air yang terakhir, maka ia menyelesaikan wudhunya penuh dengan kebaikan, bersih dari dosa (Lihat Shahih Muslim No. 244).

Maka sempurnakanlah wudhu itu dengan memberikan hak dari setiap anggota tubuh, meskipun sulit terasa, karena derajat kebaikan manusia akan semakin tinggi dengannya (Lihat Shahih Muslim No. 215).

🌴Masjid harus menjadi pusaran kebaikan manusia, maka seluruh manusia harus mencintai masjid, gemar memakmurkan masjid, dan memuliakannya dengah hadir pada waktu-waktu yang telah ditetapkan.

Dalam hal ini tidak perlu berharap memiliki rumah dekat dengan masjid, karena kebaikan justeru lebih banyak akan mengalir kepada mereka yang memiliki rumah yang lebih jauh dari masjid, sebagaimana dahulu Rasulullah Saw. pernah mengingatkan Bani Salimah untuk tidak melanjutkan rencana mereka untuk memindahkan pemukimannya lebih dekat ke masjid. Hal ini karena potensi kebaikan dari setiap langkah kakinya begitupun syi’ar selama perjalanannya akan menjadi berkurang (Lihat Shahih Muslim No. 665).

Maka sebagaimana disaksikan Abul Mundzir, Ubay bin Ka’ab r.a., tatkala ada seorang sahabat yang rumahnya terjauh dari masjid di masanya ditawari seekor keledai untuk memudahkannya ke masjid di waktu gelap dan terik matahari, ia mengatakan bahwa ia tidak menyenangi kalau rumahnya dekat ke masjid.

Maka Rasulullah Saw. bersabda, “Qad jama’allaahu laka dzaalika kullahu”, Sesungguhnya Allah telah mencatat semua kebaikan itu bagimu (Shahih Muslim No. 663).

🌴Biasakanlah merutinkan kebaikan yang telah kita mulai dengan kesungguhan niat, karena niscaya tatkala mengalami kesulitan yang dibenarkan syari’at (udzur syar’i) di suatu masa untuk melaksanakan kebaikan tersebut, Allah Swt. akan segera mengenalinya, dan tetap mencatatnya sebagai kebaikan, hanya karena ia terbiasa melakukannya di kala penuh kemudahan (Lihat Fathul Bari VI/136).

Wallahu A'lam.

Sumber
www.iman-islam.com

Kamis, 10 Desember 2015

Lapis Lapis Tujuan Pendidikan Anak


Ketika membahas tentang pendidikan anak, maka sejatinya kita adalah sedang membahas tentang Pendidikan Keluarga. Kenapa keluarga? Karena pendidikan itu berlaku madal hayah, seumur hidup. Pelakunya dalam keluarga inti adalah orang tua dan anak. Ketika orang tua menuntut anak untuk belajar, maka orang tua pun perlu belajar. Hakikat wahyu pertama yang diturunkan kepada Rasul saw 'iqro bismirobbika aladzi kholaq' merupakan prinsip bahwa pendidikan itu akan berlangsung sepanjang ruh masih melekat di raga.

Merangkai tujuan pendidikan di keluarga sama dengan menggali hakikat keberadaan manusia di bumi ini. Mengapa kita diciptakan? Apa tujuan penciptaan kita? Dari sanalah kita kemudian membuat turunan apa saja yang menjadi langkah demi langkah tujuan hidup kita. Sementara proses pendidikan adalah tools atau alat untuk menuju ke sana.

Seringkali dalam menjalani proses, kita kebingungan di tengah jalan. Berhenti dan bertanya, sebenarnya kita mau apa sih? Mau ke mana? Kita sudah melakukan ini dan itu, tapi mengapa begini jadinya? Trus habis ini apa lagi? Dan seabrek teka teki lainnya..

Ketika setiap hari kita berdoa "Robbana atina fiddunya hasanah wa fil akhiroti hasanah wa qinaa 'adzabannar" sebenarnya kita pun setiap hari sudah mengucapkan tujuan hidup kita dan dengannya kita melakukan hal-hal untuk bisa meraihnya. Tujuan itu perlu diucapkan, diceritakan, disampaikan bahkan dituliskan.

Sekelumit kisah mimpi besar khalifah Umar bin Abdul Aziz. Umar bin Abdul Aziz adalah seorang pemuda yang sangat kuat bercita-cita. Ia memiliki mimpi-mimpi besar dalam hidupnya. Saat masih lajang, cita-citanya adalah menikahi Fatimah binti Abdul Malik bin Marwan, gadis cantik putri seorang khalifah. Ia persiapan dirinya dengan serius hingga cita-citanya terkabul. Mimpi besarnya yang lain adalah ingin menjadi Gubernur Madinah. Sebuah posisi prestius saat itu yang menjadi idaman keluarga besar Bani Umayah. Ia pun berusaha dengan kuat dan terwujudlah cita-citanya. Kemudian ia pun ingin menjadi seorang khalifah. Tekad yang kuatnya pun membawanya menjadi seorang khalifah. Masya Allah. Hingga ketika ia sampai pada cita-cita tertinggi yaitu masuk surga Allah. Maka upaya terkuatnya adalah dengan memilih gaya hidup baru yaitu : Zuhud. Itu ia lakukan semasa menjadi khalifah.

Umar bin Abdul Aziz muda tak segan mengurai mimpi besarnya. Semua itu mampu ia lakukan karena ia yakin kuasa Allah mampu mewujudkan mimpinya. Maka ketika kita merangkai tujuan-tujuan hidup kita, setinggi apapun, langkah selanjutnya sandarkan semuanya pada Allah. Karena hanya Allah yang Maha Mengetahui yang terbaik untuk kita.
  
Lalu apa tujuan keluarga kita? Tujuan kita memiliki keluarga? Tujuan kita memiliki anak? Tujuan pendidikan di keluarga kita?

..... apa tujuan keluarga kita? Tujuan kita memiliki keluarga? Tujuan kita memiliki anak? Tujuan pendidikan di keluarga kita?

Saya membagi tahapan tujuan pendidikan keluarga dalam lima lapis.

1⃣Lapis pertama 
Tujuan Pendidikan Keluarga sesuai doa yang biasa kita haturkan kepada Allah 'Azza wa Jalla yang tersurat pada surah al Furqon : 74.

للمتقين اماما

Dalam doa tersebut kita meminta kepada Allah untuk menjadikan kita pemimpin bagi umat. Secara bahasa kata imam berarti al mu'tammu bih (orang yang diikuti) yaitu yang diteladani ucapan dan perbuatannya baik dalam kebaikan maupun kebatilan. Pengertian itulah diambil para mufassir dalam menafsirkan ayat ini. Ibnu 'Abbas, al Hasa, al Sudi, Qatadah dan al Rabi' bin Anas berkata : Mereka menjadi para pemimpin yang diteladani dalam kebaikan. Ibnu 'abbas sebagimana dikutip al Qurthubi, ayat ini berarti "Jadikanlah kami sebagai pemimpin yang memberi petunjuk". Sebagaimana gambaran Allah 'Azza wa Jalla pada surah as Sajdah : 24"Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk degan perintah Kami ketika mereka sabar". Juga sebagaimana sabda Rasul saw bahwa setiap kita adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang dipimpinnya, maka visi melahirkan pemimpin yang mulia adalah tujuan besar dalam pendidikan keluarga.

2⃣Lapis ke dua
Ketika hamil anak ke dua, saya pernah membaca sebuah bait doa dari seorang syaikh dari Kuwait. Doa ini untuk ibu hamil yang ditujukan untuk janinnya. Di antara bait doa ada yang bertuliskan

اللهم اجعلنا من المجددين لدينك ومن المحيين للسنة رسولك محمد صلي الله عليه و سلم

"Ya Allah, jadikan kami bagian dari para mujadid untuk agamaMu dan bagian dari para penghidup sunnah RasulMu Muhammad saw"

Doa itu menjadi inspirasi saya dalam mengukuhkan pendidikan keluarga. Makna mujadid atau pembaharu bukan berarti membuat hal-hal baru dalam agama. Mujadid berarti menjadi orang yang selalu menghidupkan nilai-nilai agama dalam kehidupan sehari-hari seakan-akan hal itu adalah hal yang baru dan selalu bergelora dalam menjalankannya. Sementara aplikasi dalam kehidupan tidak akan bisa berjalan baik tanpa kita mengenal dan memahami sunnah Rasulullah Muhammad saw.

Lapis ini akan membuat kita memahami mengapa mempelajari dinuLlah baik melalui Al Quran, sunnah Rasulullah saw dan ayat-ayat kauniyah Allah perlu selalu dan selalu terus diulang. Kehidupan yang berputar, inti sejarah yang berulang, masalah yang terjadi pun berulang. Pedoman hidup yang tidak pernah berubah membuat kita mampu mengurai masalah umat dan memberinya solusi.

3⃣Lapis ke tiga
Anggota keluarga dengan kepribadian seperti apa yang ingin kita lahirkan sebagai persembahan kita untuk peradaban Robbani? Allah al Hadi menggambarkan dalam surah Ali Imron : 110 bahwa kita adalah umat terbaik yang dilahirkan ke muka bumi ini untuk kebaikan manusia.
Bayangan saya mengenai kepribadian umat terbaik seperti yang termaktub dalam surah al Ahzab : 35. Pemimpin itu adalah :
1.  Seorang Muslim yang kaafah dengan keIslamannya (al Muslim)
2.  Seorang Mukmin yang benar dalam keimanannya (Al Mukmin)
3.  Seorang yang tetap dalam ketaatan (al Qonit)
4.  Seorang yang menjaga integritas atau kejujuran dalam kebenaran (as Shodiq)
5.  Seorang yang sabar dalam menjalani proses (as Shobir)
6.  Seorang yang khusyu' sehingga mampu tuma'ninah dalam bersikap (al Khosyi')
7.  Seorang yang bersedekah baik dalam keadaan lapang dan sempit (al Mutashodiq)
8.  Seorang yang berpuasa sehingga mampu mengendalikan hawa nafsunya (as Shoim)
9.  Seorang yang menjaga harga diri dan kehormatannya (al Hafidz farjihi)
10. Seorang yang selalu ingat kepada Allah (adz DzakiruLlah)

Apa yang terjabar di atas, membuat kita memiliki gambaran pribadi manusia seperti apa yang akan kita wujudkan dalam keluarga kita.

4⃣Lapis ke empat
Setelah terwujud gambaran pada lapis ke tiga, selanjutnya saya memerlukan tools dalam upaya mewujudkan tujuan-tujuan tersebut. Tools yang saya gunakan adalah 10 model pembentuk kepribadian muslim. Model tersebut adalah :
1. Aqidah Salimah (عقيدة سليمة)
    Aqidah yang selamat. Hal ini meliputi pengenalan dan pemahaman terhadap Allah, RasulNya dan Islam secara jelas dan menyeluruh.
2. Shohihul ibadah (صحيح العبادة)
    Pelaksanaan kemurnian aqidah ada pada ibadah yang benar yang sesuai tuntunan Rasulullah Muhammad saw.
3. Matiinul Khuluq (متين الخلق)
    Akhlaq yang kokoh sebagai upaya mewujudkan Islam rohmatan lil alamin
4. Mutsaqoful fikri (مثقف الفكر)
    Akal yang berwawasan luas
5. Qowiyul jismi (قوي الجسم)
    Tubuh yang sehat dan kuat
6. Harishun 'ala waqtihi (حريص على وقته)
    Pandai menjaga dan menghargai waktu
7. Munadzhom fi syu-unihi (منظم فى شؤونه)
    Teratur dalam urusan
8. Qodirun 'ala kasbi (قادرعلى كسب)
    Mandiri secara ekonomi
9. Mujahidun linafsihi (مجاهدلنفسه)
    Mampu melawan hawa nafsu dalam kesungguhan amal
10. Nafi'un lighoirihi (نافع لغيره)
    Bertekad untuk mampu memberi manfaat bagi manusia dan alam seisinya

Model tersebut di atas saya buat turunannya disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing anggota keluarga. Disesuaikan dengan usia, kapasitas dan kemampuannya.

5⃣Lapis ke lima
Inilah adalah lapis terakhir. Di mana lapis ini suami dan saya membuat 10 pilar keluarga kami sebagai gambaran yang mengokohkan kami, inilah keluarga yang kami bangun. Poin-poinnya tertulis Pada 10 Pilar keluarga yang kami bangun.
 1.Keluarga ini kami bangun dengan atas landasan cinta kami kepada Allah, Rasul Nya dan perjuangan di jalanNya

2.Keluarga ini kami bangun dengan cita-cita mendapat ridho Allah serta dipertemukanNya kami kembali di tempat pertemuan terbaik yaitu Syurga

3.Keluarga yang kami bangun adalah keluarga Robbani yang berbahagia karena kedekatan kami kepada Allah SWT dengan sunnah-sunnah Rasulullah saw dan dengan aktivitas-aktivitas dakwah

4.Setiap anggota keluarga kami senang mengkaji dan menghafal Al Qur’an, Al Hadits serta kajian-kajian tentang Islam secara keseluruhannya sebagai bekal kami dalam beribadah, beramal shalih dan berdakwah

5.Setiap anggota keluarga kami memancarkan cahaya akhlaq terpuji, terlihat dalam perbuatan, perkataan maupun pakaian kami

6.Setiap anggota keluarga kami senang mengembangkan wawasan intelektual dan emosional, memiliki keahlian dalam belajar dan berkomunikasi, senantiasa melakukan penelitian dan memproduksi karya-karya intelektual

7.Keluarga yang kami bangun sangat memperhatikan pendidikan yang berkualitas bagi setiap anggotanya

8.Keluarga yang kami bangun mencintai hidup sehat. Setiap anggota keluarga kami mengerti dan memperhatikan keseimbangan gizi, mengerti dan memelihara dan mengembangkan kesehatan tubuh dan lingkungan

9.Setiap anggota keluarga kami peduli sanak saudara, teman, tetangga dan seluruh anggota masyarakat pada umumnya. Keluarga kami menyadari fungsi kami sebagai contoh, pembina dan anggota masyarakat yang baik

10.Keluarga yang kami bangun adalah keluarga yang merdeka secara keuangan. Setiap anggota keluarga kami senang menabung, berbisnis, berinvestasi dan mengembangkan kekayaan

Semoga Allah SWT memberikan limpahan rahmat dan ridho Nya serta memberi kekuatan dan kemudahan kepada kami sekeluarga.

Lapis-lapis yang terangkai adalah upaya kita melahirkan generasi Robbani yang akan membangun peradaban umat dalam pondasi kebenaran. Insya Allah

* Setiap keluarga dapat merumuskan tahapan pendidikan anak secara aplikatif, menyesuaikan dengan karakter keluarga masing-masing.

Allahu ma'ana
Nashrun minaLlah wa fathun qoriib

Sumber
www.iman-islam.com

Larangan Upah Kawin Pejantan

📆 Jumat, 29 Safar 1437H / 11 Desember 2015

📚 MUAMALAH

📝 Pemateri: Ust. Rikza Maulan, Lc., M.Ag

📝 Bab Larangan Upah Kawin Pejantan

🌿🌺🍂🍀🌼🍄🌷🍁

📚Taujih Nabawi

🔹Hadits #1

عَنْ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ نَهَى النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ عَسْبِ الْفَحْلِ (رواه البخاري والنسائي وأبو داود)

Dari Ibnu Umar ra berkata, bahwa Nabi SAW melarang menjual air mani pejantan. (HR. Bukhari, Nasa’i dan Abu Daud)

🔹Takhrij Hadits

Dengan sanad dari Ali bin Hakam, dari Nafi’, dari Ibnu Umar ra, diriwayatkan oleh :
Imam Bukhari dalam Shahihnya, Kitab Al-Ijarah, Bab ‘Ashbil Fahl, hadits no 2123.

Imam Turmudzi, dalam Jami’nya, Kitab Al-Buyu’ an Rasulillah SAW, Bab Ma Ja’a fi Karahiyati Asbil Fahl, hadits no 1194.

Imam Nasa’i dalam Sunannya, Kitab Al-Buyu’, Bab Fi Bai’ Dhirabil Jamal, hadits no 4592.

Imam Abu Daud dalam Sunannya, Kitab Al-Buyu’, Bab Fi Asbil Fahl, hadits no 2975.

Imam Ahmad bin Hambal dalam Musnadnya, Musnad Al-Muktsirin Minas Shahabah, dalam Musnad Abdullah bin Umar bin Khattab , hadits no 4402. 

🔹Hadits #2

وَعَنْ جَابِرٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَهَى عَنْ بَيْعِ ضِرَابِ الْفَحْلِ (رواه مسلم والنسائي)

Dari Jabir ra bahwa Nabi SAW melarang upah (kawin) hewan jantan.’ (HR. Muslim & Nasa’i)

🔹Takhrij Hadits

Dengan sanad dari Ibnu Jubair, dari Abu Zubai dari Jabir bin Abdillah ra, diriwayatkan oleh :

Imam Muslim dalam Shahihnya, Kitab Al-Musaqah, Bab Tahrim bai’ fadhlil maa’illadzi yakunu bil falati wa yuhtaju ilaihi, hadits no 2926.

Imam Nasa’i dalam Sunannya, Kitab Al-Buyu’, Bab Bai’ Dhirabil Jamal, hadits no 4591.

📝Catatan :

Namun riwayat yang terdapat dalam Shahih Muslim dan Sunan Nasa’i, tidak menggunakan redaksi ( ضراب الفحل ) akan tetapi menggunakan redaksi ( ضراب الجمل ).

💡🔑Gambaran Takhrij Hadits

Kesimpulan Hukum Riwayat Hadits

Hadits #1 merupakan hadits shahih, sesuai syarat Imam Bukhari, dan ditakhrij oleh Imam Bukhari dalam Shahihnya.

Hadits ke #2 adalah hadits shahih, diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam shahihnya, dan sebagaimana dikemukakan juga oleh Imam Al-Hakim dalam Mustadraknya, :

وهذه أسانيد كلها صحيحة على شرط مسلم ولم يخرجاه

Sanad hadits ini semuanya shahih sesuai syarat Imam Muslim, namun beliau tidak mentakhrij dalam Shahihnya.
Makna Hadits

📚. Gambaran Hadits Secara Umum

Secara umum, hadits ini menggambarkan tentang hukum jual beli sperma hewan pejantan, atau upah kawin hewan pejantan, yaitu bahwa hadits tersebut melarang transaksi dimaksud.

Maksud dari jual beli sperma hewan pejantan atau upah kawin hewan pejantan adalah seseorang memiliki hewan pejantan dari jenis-jenis hewan yang boleh dimakan seperti kambing, sapi, kerbau dan unta, kemudian ia memperjual belikan sperma pejantannya untuk ditanamkan dalam rahim hewan betina milik pembeli.

Atau seseorang yang memiliki hewan pejantan menyewakannya kepada penyewa, untuk mengawani hewan milik si penyewa.

Adapun tujuan dari jual beli sperma pejantan atau sewa/ upah kawin hewan pejantan adalah agar hewan tersebut bisa membuahi hewan betina milik si pembeli atau si penyewa.

📚. Makna ( عسب الفحل ) Asbil Fahl

Makna ( عسب ) secara bahasa, asb berarti keturunan atau anak
Makna ( فحل ) secara bahasa, fahl berarti hewan jantan atau pejantan
Dalam Nailul Authar disebutkan, bahwa fahl adalah jenis jantan dari semua hewan, kuda, unta atau kambing, atau hewan lainnya.

Apabila digandeng, ( عسب الفحل ) memiliki beberapa pengertian, diantaranya :

🔹Air pejantan, maksudnya sperma yang berasal dari hewan pejantan.

🔹Upah perkawinan dari hewan pejantan.

📚. Pandangan Ulama Tentang Hukum Upah Kawin Pejantan

📌Pandangan Pertama:

Pandangan yang berpegang pada dzahir nash hadits, yaitu bahwa menjual sperma hewan pejantan, atau menyewakan hewan pejantan untuk mengawini hewan betina, atau upah kawin hewan pejantan, adalah haram.

Dalam nailul authar disebutkan :

قال الشافعي وأبو حنيفة وأبو ثور وآخرون استئجاره لذلك باطل وحرام ولا يستحق فيه عوض ولو أنزاه المستأجر لا يلزمه المسمى من أجره ولا أجرة مثل ولا شئ من الأموال قالوا لأنه غرر مجهول وغير مقدور على تسليمه

As-Syafii, Abu Hanifah, dan Abu Tsaur, serta beberapa ulama lainnya mengatakan bahwa menyewakan hewan jantan untuk dikawinkan statusnya tidak sah dan haram.

Pemiliknya tidak berhak mendapatkan ganti biaya. Meskipun penyewa itu mengawinkan hewan jantan (milik orang lain) dengan betina miliknya, dia tidak berkewajiban membayar upah yang telah dinyatakan di awal, tidak pula upah yang semisal atau harta apapun.

📌Pandangan Kedua

Pendapat yang mengatakan bahwa larangan dalam hadits di atas bukanlah menunjukkan keharaman (tahrimi), melainkan larangan yang dimaksudkan agar dihindari (tanzihi).

Atau dengan kata lain, larangannya adalah bersifat makruh, bukan haram.

Dalam syarah shahih Muslim disebutkan

وقال جماعة من الصحابة والتابعين ومالك وآخرون يجوز استئجاره لضراب مدة معلومة أو لضربات معلومة لأن الحاجة تدعو إليه وهي منفعة مقصودة وحملوا النهي على التنزيه والحث على مكارم الأخلاق…

”Beberapa sahabat, tabiin, Imam Malik, dan beberapa ulama lainnya berpendapat, boleh menyewakan pejantan untuk dikawinkan dalam masa yang disepakati, atau untuk beberapa kali proses mengawini.

Karena ada kebutuhan untuk melakukan proses itu, danmengawinkan binatang merupakan manfaat utamanya.

📚. Illat Dilarangnya Jual Beli Sperma Pejantan

(Bersambung )

🌿🌺🍂🍀🌼🍄🌷🍁🌹

Dipersembahkan:
www.iman-islam.com

Selasa, 23 September 2014

Amalan di bulan dzulhijah menjelang Qurban

KEUTAMAAN 10 HARI PERTAMA BULAN DZULHIJJAH DAN AMALAN YANG DISYARIATKAN

Oleh
Syaikh Abdullah bin Abdurrahman Al-Jibrin

Segala puji bagi Allah semata, shalawat dan salam semoga tercurah kepada Rasulullah, Nabi kita Muhammad, kepada keluarga dan segenap sahabatnya.
روى البخاري رحمه الله عن ابن عباس رضي الله عنهما أن النبي صلى الله عليه وسلم قال : ما من أيام العمل الصالح فيها أحب إلى الله من هذه الأيام – يعني أيام العشر - قالوا : يا رسول الله ولا الجهاد في سبيل الله ؟ قال ولا الجهاد في سبيل الله إلا رجل خرج بنفسه وماله ثم لم يرجع من ذلك بشيء
Diriwayatkan oleh Al-Bukhari, rahimahullah, dari Ibnu 'Abbas Radhiyallahu 'anhuma bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : Tidak ada hari dimana amal shalih pada saat itu lebih dicintai oleh Allah daripada hari-hari ini, yaitu : Sepuluh hari dari bulan Dzulhijjah. Mereka bertanya : Ya Rasulullah, tidak juga jihad fi sabilillah ?. Beliau menjawab : Tidak juga jihad fi sabilillah, kecuali orang yang keluar (berjihad) dengan jiwa dan hartanya, kemudian tidak kembali dengan sesuatu apapun".
وروى الإمام أحمد رحمه الله عن ابن عمر رضي الله عنهما عن النبي صلى الله عليه وسلم قال : ما من أيام أعظم ولا احب إلى الله العمل فيهن من هذه الأيام العشر فأكثروا فيهن من التهليل والتكبير والتحميد
وروى ابن حبان رحمه الله في صحيحه عن جابر رضي الله عنه عن النبي صلى الله عليه وسلم قال: أفضل الأيام يوم عرفة.
"Imam Ahmad, rahimahullah, meriwayatkan dari Umar Radhiyallahu 'anhuma, bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : Tidak ada hari yang paling agung dan amat dicintai Allah untuk berbuat kebajikan di dalamnya daripada sepuluh hari (Dzulhijjah) ini. Maka perbanyaklah pada saat itu tahlil, takbir dan tahmid".
MACAM-MACAM AMALAN YANG DISYARIATKAN
1. Melaksanakan Ibadah Haji Dan Umrah
Amal ini adalah amal yang paling utama, berdasarkan berbagai hadits shahih yang menunjukkan keutamaannya, antara lain : sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam:
العمرة إلى العمرة كفارة لما بينهما والحج المبرور ليس له جزاء إلا الجنة
"Dari umrah ke umrah adalah tebusan (dosa-dosa yang dikerjakan) di antara keduanya, dan haji yang mabrur balasannya tiada lain adalah Surga".
2. Berpuasa Selama Hari-Hari Tersebut, Atau Pada Sebagiannya, Terutama Pada Hari Arafah.
Tidak disangsikan lagi bahwa puasa adalah jenis amalan yang paling utama, dan yang dipilih Allah untuk diri-Nya. Disebutkan dalam hadist Qudsi :
الصوم لي وأنا أجزي به ، انه ترك شهوته وطعامه وشرابه من أجلي
"Puasa ini adalah untuk-Ku, dan Aku lah yang akan membalasnya. Sungguh dia telah meninggalkan syahwat, makanan dan minumannya semata-mata karena Aku".
Diriwayatkan dari Abu Said Al-Khudri, Radhiyallahu 'anhu, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
ما من عبد يصوم يوماً في سبيل الله ، إلا باعد الله بذلك اليوم وجهه عن النار سبعين خريف
"Tidaklah seorang hamba berpuasa sehari di jalan Allah melainkan Allah pasti menjauhkan dirinya dengan puasanya itu dari api neraka selama tujuh puluh tahun". [Hadits Muttafaqun 'Alaih].
Diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Abu Qatadah rahimahullah bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
صيام يوم عرفة أحتسب على الله أن يكفر السنة التي قبله والتي بعده .
"Berpuasa pada hari Arafah karena mengharap pahala dari Allah melebur dosa-dosa setahun sebelum dan sesudahnya".
3. Takbir Dan Dzikir Pada Hari-Hari Tersebut.
Sebagaimana firman Allah Ta'ala.
وَيَذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ فِي أَيَّامٍ مَعْلُومَاتٍ
".... dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari-hari yang telah ditentukan ...". [al-Hajj/22 : 28].
Para ahli tafsir menafsirkannya dengan sepuluh hari dari bulan Dzulhijjah. Karena itu, para ulama menganjurkan untuk memperbanyak dzikir pada hari-hari tersebut, berdasarkan hadits dari Ibnu Umar Radhiyallahu 'anhuma.
فأكثروا فيهن من التهليل والتكبير والتحميد
"Maka perbanyaklah pada hari-hari itu tahlil, takbir dan tahmid". [Hadits Riwayat Ahmad].
Imam Bukhari rahimahullah menuturkan bahwa Ibnu Umar dan Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhuma keluar ke pasar pada sepuluh hari tersebut seraya mengumandangkan takbir lalu orang-orangpun mengikuti takbirnya. Dan Ishaq, Rahimahullah, meriwayatkan dari fuqaha', tabiin bahwa pada hari-hari ini mengucapkan :
الله أكبر الله أكبر لا إله إلا الله والله أكبر ولله الحمد
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Laa Ilaha Ilallah, wa-Allahu Akbar, Allahu Akbar wa Lillahil Hamdu
"Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, Tidak ada Ilah (Sembahan) Yang Haq selain Allah. Dan Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, segala puji hanya bagi Allah".
Dianjurkan untuk mengeraskan suara dalam bertakbir ketika berada di pasar, rumah, jalan, masjid dan lain-lainnya. Sebagaimana firman Allah.
وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ
"Dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu ...". [al-Baqarah/2 : 185].
Tidak dibolehkan mengumandangkan takbir bersama-sama, yaitu dengan berkumpul pada suatu majlis dan mengucapkannya dengan satu suara (koor). Hal ini tidak pernah dilakukan oleh para Salaf. Yang menurut sunnah adalah masing-masing orang bertakbir sendiri-sendiri. Ini berlaku pada semua dzikir dan do'a, kecuali karena tidak mengerti sehingga ia harus belajar dengan mengikuti orang lain.
Dan diperbolehkan berdzikir dengan yang mudah-mudah. Seperti : takbir, tasbih dan do'a-do'a lainnya yang disyariatkan.
4. Taubat Serta Meninggalkan Segala Maksiat Dan Dosa.
Sehingga akan mendapatkan ampunan dan rahmat. Maksiat adalah penyebab terjauhkan dan terusirnya hamba dari Allah, dan keta'atan adalah penyebab dekat dan cinta kasih Allah kepadanya.
Disebutkan dalam hadits dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu, bahwasanya Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.
ان الله يغار وغيرة الله أن يأتي المرء ما حرم الله علي
"Sesungguhnya Allah itu cemburu, dan kecemburuan Allah itu manakala seorang hamba melakukan apa yang diharamkan Allah terhadapnya" [Hadits Muttafaqun 'Alaihi].
5. Banyak Beramal Shalih.
Berupa ibadah sunat seperti : shalat, sedekah, jihad, membaca Al-Qur'an, amar ma'ruf nahi munkar dan lain sebagainya. Sebab amalan-amalan tersebut pada hari itu dilipat gandakan pahalanya. Bahkan amal ibadah yang tidak utama bila dilakukan pada hari itu akan menjadi lebih utama dan dicintai Allah daripada amal ibadah pada hari lainnya meskipun merupakan amal ibadah yang utama, sekalipun jihad yang merupakan amal ibadah yang amat utama, kecuali jihad orang yang tidak kembali dengan harta dan jiwanya.
6. Disyariatkan Pada Hari-Hari Itu Takbir Muthlaq
Yaitu pada setiap saat, siang ataupun malam sampai shalat Ied. Dan disyariatkan pula takbir muqayyad, yaitu yang dilakukan setiap selesai shalat fardhu yang dilaksanakan dengan berjama'ah ; bagi selain jama'ah haji dimulai dari sejak Fajar Hari Arafah dan bagi Jama’ah Haji dimulai sejak Dzhuhur hari raya Qurban terus berlangsung hingga shalat Ashar pada hari Tasyriq.
7. Berkurban Pada Hari Raya Qurban Dan Hari-Hari Tasyriq.
Hal ini adalah sunnah Nabi Ibrahim 'Alaihissalam, yakni ketika Allah Ta'ala menebus putranya dengan sembelihan yang agung. Diriwayatkan bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam.
وقد ثبت أن النبي صلى الله عليه وسلم ضحى بكبشين أملحين أقرنين ذبحهما بيده وسمى وكبّر ووضع رجله على صفاحهما
"Berkurban dengan menyembelih dua ekor domba jantan berwarna putih dan bertanduk. Beliau sendiri yang menyembelihnya dengan menyebut nama Allah dan bertakbir, serta meletakkan kaki beliau di sisi tubuh domba itu". [Muttafaqun 'Alaihi].
8. Dilarang Mencabut Atau Memotong Rambut Dan Kuku Bagi Orang Yang Hendak Berkurban.
Diriwayatkan oleh Muslim dan lainnya, dari Ummu Salamah Radhiyallhu 'anha bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.
إذا رأيتم هلال ذي الحجة وأراد أحدكم أن يضّحي فليمسك عن شعره وأظفاره
"Jika kamu melihat hilal bulan Dzul Hijjah dan salah seorang di antara kamu ingin berkurban, maka hendaklah ia menahan diri dari (memotong) rambut dan kukunya".
Dalam riwayat lain :
فلا يأخذ من شعره ولا من أظفاره حتى يضحي
"Maka janganlah ia mengambil sesuatu dari rambut atau kukunya sehingga ia berkurban".
Hal ini, mungkin, untuk menyerupai orang yang menunaikan ibadah haji yang menuntun hewan kurbannya. Firman Allah.
وَلا تَحْلِقُوا رُءُوسَكُمْ حَتَّى يَبْلُغَ الْهَدْيُ مَحِلَّه
"..... dan jangan kamu mencukur (rambut) kepalamu, sebelum kurban sampai di tempat penyembelihan...". [al-Baqarah/2 : 196].
Larangan ini, menurut zhahirnya, hanya dikhususkan bagi orang yang berkurban saja, tidak termasuk istri dan anak-anaknya, kecuali jika masing-masing dari mereka berkurban. Dan diperbolehkan membasahi rambut serta menggosoknya, meskipun terdapat beberapa rambutnya yang rontok.
9. Melaksanakan Shalat Iedul Adha Dan Mendengarkan Khutbahnya.
Setiap muslim hendaknya memahami hikmah disyariatkannya hari raya ini. Hari ini adalah hari bersyukur dan beramal kebajikan. Maka janganlah dijadikan sebagai hari keangkuhan dan kesombongan ; janganlah dijadikan kesempatan bermaksiat dan bergelimang dalam kemungkaran seperti ; nyanyi-nyanyian, main judi, mabuk-mabukan dan sejenisnya. Hal mana akan menyebabkan terhapusnya amal kebajikan yang dilakukan selama sepuluh hari.
10. Selain Hal-Hal Yang Telah Disebutkan Diatas.
Hendaknya setiap muslim dan muslimah mengisi hari-hari ini dengan melakukan ketaatan, dzikir dan syukur kepada Allah, melaksanakan segala kewajiban dan menjauhi segala larangan ; memanfaatkan kesempatan ini dan berusaha memperoleh kemurahan Allah agar mendapat ridha-Nya.
Semoga Allah melimpahkan taufik-Nya dan menunjuki kita kepada jalan yang lurus. Dan shalawat serta salam semoga tetap tercurah kepada Nabi Muhammad, kepada keluarga dan para sahabatnya.
والله الموفق والهادي إلى سواء السبيل وصلى الله على محمد وآله وصحبه وسلم .
صدرت بأذن طبع رقم 1218/ 5 وتاريخ 1/ 11/ 1409 هـ
صادر عن إدارة المطبوعات بالرئاسة العامة لإدارات البحوث العلمية والإفتاء والدعوة والإرشاد
كتبها : الفقير إلى عفو ربه
عبدالله بن عبدالرحمن الجبرين
عضو ا
[Disalin dari brosur yang dibagikan secara cuma-cuma, tanpa no, bulan, tahun dan penerbit. Artikel dalam bahasa Arab dapat dilihat di http://www.saaid.net/mktarat/hajj/4.htm]

Minggu, 31 Agustus 2014

Kenapa harus berzakat..?


”Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Dan kebaikan apa saja yang kamu usahakan bagi dirimu, tentu kamu akan mendapat pahalanya pada sisi Allah. Sesungguhnya, Allah Maha Melihat apa-apa yang kamu kerjakan.”
(Q.S. Al Baqarah: 110)
 Mengapa saya harus berzakat? Bukankah uang yang ada di dompet, di celengan, atau di bank adalah uang saya, hasil jerih payah saya, tidak ada urusan dengan orang lain? Bukankah ketika kita rugi, orang lain pun tidak mau tahu? Tetapi, mengapa ketika giliran mendapatkan keuntungan, kita harus memberikannya kepada orang lain? Kok enak betul! Boleh jadi, pertanyaan semacam ini hadir dalam benak kita. Mengapa harus membayar zakat?
 
 Kedudukan Harta dalam Islam
Untuk menjawab pertanyaan ini, kita perlu memahami terlebih dahulu kedudukan harta dalam Islam. Selama hidup di dunia, kita akan selalu dikelilingi oleh hal-hal atau benda-benda yang kita klaim sebagai milik kita. Keluarga, rumah, pekerjaan, pancaindera, harta, ilmu pengetahuan, keahlian, dan sebagainya semua kita sebut sebagai milik kita. Akan teapi, benarkah itu semua milik kita? Sejak kapan semua itu menjadi milik kita?
Memang, berbagai perangkat keduniaan, semisal surat-surat resmi, bisa menjadi bukti bahwa keluarga, pekerjaan, tanah, dan sebagainya itu adalah milik kita. Akan tetapi, status kepemilikan kita adalah pemilik nisbi. Pemilik mutlak dari segala sesuatu hanyalah Allah Swt. Bahkan, diri kita yang lemah ini pun adalah milik-Nya.
Kenyataan bahwa kita bukanlah pemilik mutlak seringkali kita lupakan, sampai-sampai kita bersikap seolah-olah harta itu adalah milik kita sepenuhnya sehingga kita memperlakukannya sekehendak hati, bukan sekehendak Zat Pemilik mutlak. Kita sering lupa bahwa harta (dan apa pun yang ada) hanyalah sebentuk titipan dari Allah Swt. Sejatinya, di balik itu ada tanggung jawab, ada amanah, bahkan ada sebagian darinya milik orang lain yang harus kita salurkan kembali. 
Saat pertama kali menyebarkan Islam di Mekah, salah satu misi Rasulullah saw. adalah memberantas sikap kebergantungan kepada materi yang menjangkiti masyarakat Arab. Mereka begitu terlena dalam pusaran materialisme sehingga sikap dan pandangan hidupnya senantiasa diwarnai cara pandang materialistis.
Itulah sebabnya dakwah Rasulullah tidak mendapatkan perhatian sebagaimana mestinya. Mereka tidak peduli kepada seruan Nabi bukan karena apa yang beliau sampaikan tidak masuk akal atau karena Nabi adalah orang yang tidak bisa dipercaya, melainkan karena Nabi bukan dari golongan kaya (pada waktu itu, Klan Hasyim, keluarga Rasulullah, sedang menurun pamornya). Kaum kafir Mekah hanya ingin mendengarkan kata-kata dari mereka yang berharta. Jadi, begitu kuat pesona harta benda hingga ia mampu menutup cahaya Ilahi (hidayah). 
Karena itu, ada beberapa hal yang harus dicamkan oleh seorang Muslim dalam menyikapi harta benda, di antaranya adalah sebagai berikut.
a.            Harta adalah anugerah dari Allah Swt. yang harus disyukuri. Tidak semua orang mendapatkan kepercayaan dari Allah untuk memikul amanah harta benda. Karena itu, ia harus disyukuri sebab jika mampu memikulnya, pahala yang sangat besar sudah menanti. 
b.            Harta adalah amanah dari Allah yang harus dipertanggungjawabkan. Setiap kondisi —entah itu baik atau buruk— yang kita alami harus kita hadapi dengan baik sesuai dengan keinginan yang memberi amanah. Di balik harta melimpah, ada tanggung jawab dan amanah yang harus kita tunaikan. Harta yang tidak dinafkahkan di jalan Allah akan menjadi kotor karena bagian halal yang merupakan hak pemiliknya dengan bagian haram yang merupakan hak kaum fakir, miskin, dan orang-orang yang kekurangan lainnya telah bercampur. Allah Swt. berfirman, ”Ambillah zakat dari sebagian harta mereka. Dengan zakat itu, kamu membersihkan dan menyucikan mereka, dan berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya, doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui” (Q.S. at- Taubah 9: 103).
c.            Harta adalah ujian. Ujian bukan hanya kemiskinan. Kekayaan pun merupakan ujian yang sangat berat. Persoalannya bukan pada kaya atau miskin, tetapi pada cara menghadapinya. Kedua kondisi itu ada pada manusia. Tujuan di balik itu hanya satu, yaitu Allah ingin mengetahui siapa yang terbaik amalannya. Bagi yang berharta, tentunya, ada kewajiban-kewajiban yang harus dilakukan terhadap harta tersebut.
d.            Harta adalah hiasan hidup yang harus diwaspadai. Allah Swt. menciptakan beraneka ragam hiasan hidup bagi manusia. Keluarga, anak, dan harta benda termasuk di dalamnya. Dengan adanya hiasan, hidup menjadi indah. Namun, patut disadari bahwa pesona keindahan hidup itu sering menyilaukan hingga membutakan mata hati dan membuat manusia lupa kepada-Nya dan lupa pada tujuan awal penciptaan hiasan itu. Semua itu hakikatnya adalah titipan dan ujian. “Sesungguhnya, harta dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu). Di sisi Allahlah pahala yang besar” (Q.S. At Taghabuun 64: 15).
e.            Harta adalah bekal ibadah. Tujuan penciptaan manusia adalah untuk beribadah kepada Allah Swt. Karena itu, segenap perangkat duniawi, baik yang materiil maupun yang nonmateriil, tercipta sebagai sarana yang bisa digunakan manusia untuk beribadah. Kekayaan adalah salah satu sarana ibadah. Ia bukan hanya menjadi ibadah manakala dinafkahkan di jalan Allah, melainkan juga sudah bernilai ibadah manakala manusia mencari nafkah untuk keluarganya dan selebihnya untuk kemaslahatan umat dengan ikhlas. Jika harta dipergunakan sebaik-baiknya, pahala yang amat besar menanti. Namun, jika tidak, siksaan Allah sangatlah pedih.
Islam sangat menekankan harta benda sebagai kepemilikan yang tidak terpusat pada satu atau segolongan orang. Namun, hal itu tidak lantas dipahami bahwa Islam mengabaikan sama sekali hak individu untuk menikmati harta yang telah diusahakannya dengan susah payah. Allah Swt. menegaskan dalam Al Qur’an, “Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan janganlah kamu terlalu mengulurkannya sehingga kamu menjadi tercela dan menyesal” (Q.S. Al Israa’ 17: 29)