Pages

Kamis, 10 Desember 2015

Lapis Lapis Tujuan Pendidikan Anak


Ketika membahas tentang pendidikan anak, maka sejatinya kita adalah sedang membahas tentang Pendidikan Keluarga. Kenapa keluarga? Karena pendidikan itu berlaku madal hayah, seumur hidup. Pelakunya dalam keluarga inti adalah orang tua dan anak. Ketika orang tua menuntut anak untuk belajar, maka orang tua pun perlu belajar. Hakikat wahyu pertama yang diturunkan kepada Rasul saw 'iqro bismirobbika aladzi kholaq' merupakan prinsip bahwa pendidikan itu akan berlangsung sepanjang ruh masih melekat di raga.

Merangkai tujuan pendidikan di keluarga sama dengan menggali hakikat keberadaan manusia di bumi ini. Mengapa kita diciptakan? Apa tujuan penciptaan kita? Dari sanalah kita kemudian membuat turunan apa saja yang menjadi langkah demi langkah tujuan hidup kita. Sementara proses pendidikan adalah tools atau alat untuk menuju ke sana.

Seringkali dalam menjalani proses, kita kebingungan di tengah jalan. Berhenti dan bertanya, sebenarnya kita mau apa sih? Mau ke mana? Kita sudah melakukan ini dan itu, tapi mengapa begini jadinya? Trus habis ini apa lagi? Dan seabrek teka teki lainnya..

Ketika setiap hari kita berdoa "Robbana atina fiddunya hasanah wa fil akhiroti hasanah wa qinaa 'adzabannar" sebenarnya kita pun setiap hari sudah mengucapkan tujuan hidup kita dan dengannya kita melakukan hal-hal untuk bisa meraihnya. Tujuan itu perlu diucapkan, diceritakan, disampaikan bahkan dituliskan.

Sekelumit kisah mimpi besar khalifah Umar bin Abdul Aziz. Umar bin Abdul Aziz adalah seorang pemuda yang sangat kuat bercita-cita. Ia memiliki mimpi-mimpi besar dalam hidupnya. Saat masih lajang, cita-citanya adalah menikahi Fatimah binti Abdul Malik bin Marwan, gadis cantik putri seorang khalifah. Ia persiapan dirinya dengan serius hingga cita-citanya terkabul. Mimpi besarnya yang lain adalah ingin menjadi Gubernur Madinah. Sebuah posisi prestius saat itu yang menjadi idaman keluarga besar Bani Umayah. Ia pun berusaha dengan kuat dan terwujudlah cita-citanya. Kemudian ia pun ingin menjadi seorang khalifah. Tekad yang kuatnya pun membawanya menjadi seorang khalifah. Masya Allah. Hingga ketika ia sampai pada cita-cita tertinggi yaitu masuk surga Allah. Maka upaya terkuatnya adalah dengan memilih gaya hidup baru yaitu : Zuhud. Itu ia lakukan semasa menjadi khalifah.

Umar bin Abdul Aziz muda tak segan mengurai mimpi besarnya. Semua itu mampu ia lakukan karena ia yakin kuasa Allah mampu mewujudkan mimpinya. Maka ketika kita merangkai tujuan-tujuan hidup kita, setinggi apapun, langkah selanjutnya sandarkan semuanya pada Allah. Karena hanya Allah yang Maha Mengetahui yang terbaik untuk kita.
  
Lalu apa tujuan keluarga kita? Tujuan kita memiliki keluarga? Tujuan kita memiliki anak? Tujuan pendidikan di keluarga kita?

..... apa tujuan keluarga kita? Tujuan kita memiliki keluarga? Tujuan kita memiliki anak? Tujuan pendidikan di keluarga kita?

Saya membagi tahapan tujuan pendidikan keluarga dalam lima lapis.

1⃣Lapis pertama 
Tujuan Pendidikan Keluarga sesuai doa yang biasa kita haturkan kepada Allah 'Azza wa Jalla yang tersurat pada surah al Furqon : 74.

للمتقين اماما

Dalam doa tersebut kita meminta kepada Allah untuk menjadikan kita pemimpin bagi umat. Secara bahasa kata imam berarti al mu'tammu bih (orang yang diikuti) yaitu yang diteladani ucapan dan perbuatannya baik dalam kebaikan maupun kebatilan. Pengertian itulah diambil para mufassir dalam menafsirkan ayat ini. Ibnu 'Abbas, al Hasa, al Sudi, Qatadah dan al Rabi' bin Anas berkata : Mereka menjadi para pemimpin yang diteladani dalam kebaikan. Ibnu 'abbas sebagimana dikutip al Qurthubi, ayat ini berarti "Jadikanlah kami sebagai pemimpin yang memberi petunjuk". Sebagaimana gambaran Allah 'Azza wa Jalla pada surah as Sajdah : 24"Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk degan perintah Kami ketika mereka sabar". Juga sebagaimana sabda Rasul saw bahwa setiap kita adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang dipimpinnya, maka visi melahirkan pemimpin yang mulia adalah tujuan besar dalam pendidikan keluarga.

2⃣Lapis ke dua
Ketika hamil anak ke dua, saya pernah membaca sebuah bait doa dari seorang syaikh dari Kuwait. Doa ini untuk ibu hamil yang ditujukan untuk janinnya. Di antara bait doa ada yang bertuliskan

اللهم اجعلنا من المجددين لدينك ومن المحيين للسنة رسولك محمد صلي الله عليه و سلم

"Ya Allah, jadikan kami bagian dari para mujadid untuk agamaMu dan bagian dari para penghidup sunnah RasulMu Muhammad saw"

Doa itu menjadi inspirasi saya dalam mengukuhkan pendidikan keluarga. Makna mujadid atau pembaharu bukan berarti membuat hal-hal baru dalam agama. Mujadid berarti menjadi orang yang selalu menghidupkan nilai-nilai agama dalam kehidupan sehari-hari seakan-akan hal itu adalah hal yang baru dan selalu bergelora dalam menjalankannya. Sementara aplikasi dalam kehidupan tidak akan bisa berjalan baik tanpa kita mengenal dan memahami sunnah Rasulullah Muhammad saw.

Lapis ini akan membuat kita memahami mengapa mempelajari dinuLlah baik melalui Al Quran, sunnah Rasulullah saw dan ayat-ayat kauniyah Allah perlu selalu dan selalu terus diulang. Kehidupan yang berputar, inti sejarah yang berulang, masalah yang terjadi pun berulang. Pedoman hidup yang tidak pernah berubah membuat kita mampu mengurai masalah umat dan memberinya solusi.

3⃣Lapis ke tiga
Anggota keluarga dengan kepribadian seperti apa yang ingin kita lahirkan sebagai persembahan kita untuk peradaban Robbani? Allah al Hadi menggambarkan dalam surah Ali Imron : 110 bahwa kita adalah umat terbaik yang dilahirkan ke muka bumi ini untuk kebaikan manusia.
Bayangan saya mengenai kepribadian umat terbaik seperti yang termaktub dalam surah al Ahzab : 35. Pemimpin itu adalah :
1.  Seorang Muslim yang kaafah dengan keIslamannya (al Muslim)
2.  Seorang Mukmin yang benar dalam keimanannya (Al Mukmin)
3.  Seorang yang tetap dalam ketaatan (al Qonit)
4.  Seorang yang menjaga integritas atau kejujuran dalam kebenaran (as Shodiq)
5.  Seorang yang sabar dalam menjalani proses (as Shobir)
6.  Seorang yang khusyu' sehingga mampu tuma'ninah dalam bersikap (al Khosyi')
7.  Seorang yang bersedekah baik dalam keadaan lapang dan sempit (al Mutashodiq)
8.  Seorang yang berpuasa sehingga mampu mengendalikan hawa nafsunya (as Shoim)
9.  Seorang yang menjaga harga diri dan kehormatannya (al Hafidz farjihi)
10. Seorang yang selalu ingat kepada Allah (adz DzakiruLlah)

Apa yang terjabar di atas, membuat kita memiliki gambaran pribadi manusia seperti apa yang akan kita wujudkan dalam keluarga kita.

4⃣Lapis ke empat
Setelah terwujud gambaran pada lapis ke tiga, selanjutnya saya memerlukan tools dalam upaya mewujudkan tujuan-tujuan tersebut. Tools yang saya gunakan adalah 10 model pembentuk kepribadian muslim. Model tersebut adalah :
1. Aqidah Salimah (عقيدة سليمة)
    Aqidah yang selamat. Hal ini meliputi pengenalan dan pemahaman terhadap Allah, RasulNya dan Islam secara jelas dan menyeluruh.
2. Shohihul ibadah (صحيح العبادة)
    Pelaksanaan kemurnian aqidah ada pada ibadah yang benar yang sesuai tuntunan Rasulullah Muhammad saw.
3. Matiinul Khuluq (متين الخلق)
    Akhlaq yang kokoh sebagai upaya mewujudkan Islam rohmatan lil alamin
4. Mutsaqoful fikri (مثقف الفكر)
    Akal yang berwawasan luas
5. Qowiyul jismi (قوي الجسم)
    Tubuh yang sehat dan kuat
6. Harishun 'ala waqtihi (حريص على وقته)
    Pandai menjaga dan menghargai waktu
7. Munadzhom fi syu-unihi (منظم فى شؤونه)
    Teratur dalam urusan
8. Qodirun 'ala kasbi (قادرعلى كسب)
    Mandiri secara ekonomi
9. Mujahidun linafsihi (مجاهدلنفسه)
    Mampu melawan hawa nafsu dalam kesungguhan amal
10. Nafi'un lighoirihi (نافع لغيره)
    Bertekad untuk mampu memberi manfaat bagi manusia dan alam seisinya

Model tersebut di atas saya buat turunannya disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing anggota keluarga. Disesuaikan dengan usia, kapasitas dan kemampuannya.

5⃣Lapis ke lima
Inilah adalah lapis terakhir. Di mana lapis ini suami dan saya membuat 10 pilar keluarga kami sebagai gambaran yang mengokohkan kami, inilah keluarga yang kami bangun. Poin-poinnya tertulis Pada 10 Pilar keluarga yang kami bangun.
 1.Keluarga ini kami bangun dengan atas landasan cinta kami kepada Allah, Rasul Nya dan perjuangan di jalanNya

2.Keluarga ini kami bangun dengan cita-cita mendapat ridho Allah serta dipertemukanNya kami kembali di tempat pertemuan terbaik yaitu Syurga

3.Keluarga yang kami bangun adalah keluarga Robbani yang berbahagia karena kedekatan kami kepada Allah SWT dengan sunnah-sunnah Rasulullah saw dan dengan aktivitas-aktivitas dakwah

4.Setiap anggota keluarga kami senang mengkaji dan menghafal Al Qur’an, Al Hadits serta kajian-kajian tentang Islam secara keseluruhannya sebagai bekal kami dalam beribadah, beramal shalih dan berdakwah

5.Setiap anggota keluarga kami memancarkan cahaya akhlaq terpuji, terlihat dalam perbuatan, perkataan maupun pakaian kami

6.Setiap anggota keluarga kami senang mengembangkan wawasan intelektual dan emosional, memiliki keahlian dalam belajar dan berkomunikasi, senantiasa melakukan penelitian dan memproduksi karya-karya intelektual

7.Keluarga yang kami bangun sangat memperhatikan pendidikan yang berkualitas bagi setiap anggotanya

8.Keluarga yang kami bangun mencintai hidup sehat. Setiap anggota keluarga kami mengerti dan memperhatikan keseimbangan gizi, mengerti dan memelihara dan mengembangkan kesehatan tubuh dan lingkungan

9.Setiap anggota keluarga kami peduli sanak saudara, teman, tetangga dan seluruh anggota masyarakat pada umumnya. Keluarga kami menyadari fungsi kami sebagai contoh, pembina dan anggota masyarakat yang baik

10.Keluarga yang kami bangun adalah keluarga yang merdeka secara keuangan. Setiap anggota keluarga kami senang menabung, berbisnis, berinvestasi dan mengembangkan kekayaan

Semoga Allah SWT memberikan limpahan rahmat dan ridho Nya serta memberi kekuatan dan kemudahan kepada kami sekeluarga.

Lapis-lapis yang terangkai adalah upaya kita melahirkan generasi Robbani yang akan membangun peradaban umat dalam pondasi kebenaran. Insya Allah

* Setiap keluarga dapat merumuskan tahapan pendidikan anak secara aplikatif, menyesuaikan dengan karakter keluarga masing-masing.

Allahu ma'ana
Nashrun minaLlah wa fathun qoriib

Sumber
www.iman-islam.com

0 komentar:

Posting Komentar